Senin, 01 September 2014

PERANG SALIB

PERANG SALIB AWAL



A.      PENDAHULUAN
Perjalanan aktivitas  dakwah Islam sering dihadapi dengan pilihan sulit yaitu melakukan peperangan. Rasulullah saw. dan para sahabat dipaksa melakukan peperangan melawan orang-orang yang memusuhi dan/atau menghambat dakwah Islam. Di masa Nabi saw. saja telah terjadi berbagai peperangan seperti Perang Badar, Khandaq, Uhud, dll. Setelah Rasulullah saw. wafat, peperangan demi peperangan tetap muncul dan berlangsung, bahkan kemudian terjadi pula peperangan antara sesama umat Islam yang tentu saja alasannya menjadi berubah. Biasanya peperangan antara sesama umat Islam terjadi karena alasan politik kekuasaan,  dan kalaupun ada yang beralasankan agama hanya sebatas perbedaan pemahaman yang berakhir dengan saling mengkafirkan dan menghalalkan untuk menumpahkan darah.
Sesungguhnya peperangan dalam Islam adalah pilihan terakhir, yakni ketika ada lagi jalan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh-musuh atau gangguan terhadap dakwah Islam. Hal sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt. dalam Alquran. Firman Allah :
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Baqarah : 190)
Dalam ayat lain :
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
Artinya :   Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (Al-Hajj : 39)

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya   : Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah : 244)
Langkah peperangan dalam Islam diambil adalah untuk menyelamatkan manusia dan kemanusiaan dari kehancuran lebih jauh bukan untuk memusnahkan. Itulah sebabnya, ketika kaum muslimin memenangi peperangan dan menguasai wilayah lawan mereka tidak melakukan penjajahan terhadap masyarakatnya apalagi membunuhi penduduknya, tetapi tetap membiarkan hidup secara merdeka. Firman Allah berkenaan dengan ini :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
Artinya   : Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (Al Baqarah : 193)
Ayat di bawah ini mempertegas, bahwa berperangan dalam Islam adalah karena Allah, membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak serta menindak  kezaliman.
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا
Artinya :   Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo`a: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". (An-Nisa : 75)
Dalam peperangan orang-orang muslim harus menjaga emosi dan tetap mengontrol prilaku. Tidak boleh sembarangan membunuh dan merusak. Firman Allah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Artinya     Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mu'min" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan ni`mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (An-Nisa : 94)
Barang siapa yang membunuh manusia tanpa hak, maka seolah-olah membunuhkan semua manusia. Firman Allah :
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
Artinya   : Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.(Al-Maidah : 32)
Dalam prakteknya, khalifah Abu Bakar menasehati pasukan Islam yang akan berangkat berperang ke Syam di bawah pimpinan Yazid bin Abi Sufyan.  Abu Bakar berkata,
“Wahai Yazid, ada sepuluh hal yang ingin aku sampaikan kepadamu ; 1)  Jangan engkau membunuh bayi ; 2) Jangan engkau membunuh perempuan; 3) Jangan engkau membunuh orang yang berusia lanjut ; 4) Jangan engkau menebang pohon yang berbuah ; 5) Jangan engkau menghancurkan bangunan ;  6) Jangan engkau menyembelih binatang ternak kecuali untuk dimakan; 7) Jangan engkau engkau meroboh pohon korma ; 8) Jangan engkau membakar pohon korma ; 9) Jangan engkau berkhianat ; dan 10) Jangan engkau takut”
Dalam agama Nasrani, diyakini Yesus adalah pencinta damai dan memerintahkan para pengikutnya untuk tidak melawan orang-orang yang berbuat tidak baik kepada mereka, bahkan ketika pipi kirinya ditampar maka ajarannya memerintahkan untuk memberikan pipi kanan untuk ikut ditampar pula”. Namun dalam Perang Salib batas-batas yang telah ditentukan oleh agama dilanggar pelakunya terutama oleh umat Nasrani Eropa khususnya Perang Salib Pertama. Perbuatan mereka seperti orang melalukan balas dendam yang sangat mendalam, sehingga ketika mereka mengalahkan daerah-daerah yang dikuasai muslim, maka akan berakhir dengan perbersihan etnis, dan  menghabisi orang-orang Islam. Sejarawan Perang Salib melukiskan “terdapat genangan darah sampai setinggi lutut kuda,  darah dari  pembantaian orang-orang Islam”.
Perang Salib adalah satu perang yang tidak hanya dikenal di kalangan Islam saja, tapi juga begitu membekas di sanubari kaum Nasrani. Perang Salib yang telah melibatkan umat Nasrani dan Islam ini memakan waktu kurang lebih 200 tahun.  Perang Salib disamping menimbulkan trauma yang mendalam tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi orang-orang Nasrani. Lebih jauh lagi, kebencian terhadap kaum Muslim yang ditanamkan oleh pemuka-pemuka agama Nasrani kepada para pengikutnya (pada Perang Salib) hingga detik ini tidak pernah sepenuh habis.
Sebagaimana layaknya perang, maka Perang Salib telah menghabiskan dan menghancurkan berbagai hal, seperti harta benda bangunan-bangunan dan nyawa manusia dalam yang besar serta kemanusiaan, walaupun di sisi lain Eropa memperoleh pencerahan sesudahnya, karena selama peperangan mereka belajar banyak hal dari dunia Islam yang jauh lebih maju dari mereka.
B.       PENGERTIAN DAN PENYEBAB PERANG SALIB PERTAMA
1.      Pengertian
Perang Salib merupakan konflik bersenjata terbesar pada akhir abad 11- akhir abad 13 M antara umat Kristen (utama Eropa) yang berusaha merebut beberapa daerah dan Yerusalem dari tangan umat Islam yang menguasai sebagian Eropa, Afrika Utara dan sebagian Asia. Daerah-daerah yang terlibat dalam Perang Salib ini adalah Kurasan, Persia, Irak, Armenia Asia Kecil (merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk) dan Mesir, Syiria, Palestina dan Spanyol (merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Fatimiyah).
Perang Salib merupakan kumpulan dari beberapa babakan perang tersebut di atas yang diawali pertama kali tahun 1095 M oleh kaum Kristiani  atas himbauan Paus dengan alasan agama, walaupun kemudian tidak semua babakan atas restu Paus. Awalnya perang ini diluncurkan sebagai respon Paus Urbanus II atas permohonan Alexius dari Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodox Timur untuk melawan ekspansi Dinasti Saljuk yang beragama Islam ke Anatolia.
Pada hakikatnya, Perang Salib bukanlah semata-mata perang agama antara Islam dan Kristen, melainkan juga perang untuk memperebutkan daerah kekuasaan. Hal ini dibuktikan bahwa dalam babakan tertentu (di daerah dan tempat tertentu), tentara Salib dan kelompok Muslim mengadakan perjanjian damai dan saling membantu dalam menghadapi kelompok muslim lainnya.
Dalam perjalanan Perang Salib  terdapat konflik kepentingan diantara kerajaan-kerajaan Kristen, kekuatan-kekuatan politik dan para pimpinan   pendukungnya, sehingga beberapa ekspedisi Perang Salib bergeser dari tujuan semulanya, seperti Perang Salib Keempat tujuan semulanya adalah menyerang Mesir tetapi berubah dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel.

2.      Penyebab Perang Salib Pertama
Sebagaimana lazimnya sebuah konflik pasti dipicu oleh berbagai hal, demikian juga halnya dengan Perang Salib Pertama. Penyebab terjadi Perang Salib ini dapat dikelompok menjadi dua bagian, yakni : faktor-faktor yang terdapat dalam tubuh umat Kristen dan/atau keadaan Eropa  pada abad ke 11 M dan faktor-faktor yang terdapat pada umat Islam pada masa itu.

a.        Faktor Kristen (Kondisi Eropa)
Penyebabkan timbulnya Perang Salib Pertama dari  pihak umat Kristen atau keadaan Eropa ketika itu dapat dikelompokkan dalam beberapa faktor antara lain:
Ø Faktor Ekonomi.
Semenjak umat Islam mengembangkan sayapnya sampai ke Eropa, maka jalur strategis perdagangan di sepanjang pantai Timur dan Selatan Laut Tengah berada di bawah kekuasaan umat Islam. Artinya sumber ekonomi dari sektor perdagangan dikuasai orang-orang Islam. Pedagang-pedagang besar Eropa yang berada di timur Laut Tengah seperti di kota Venesia, Genoa dan Pisa menyadari keadaan ini dan berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang pantai tersebut guna memperluas jaringan perdagangan mereka. Oleh karena itu mereka bersedia menanggung sebagian dana yang dibutuhkan Perang Salib Pertama dengan maksud setelah kemenangan diperoleh,  kawasan tersebut  menjadi pusat perdagangan mereka.
Di samping hal tersebut, kemiskinan melanda Eropa ketika itu. Pada tahun 1033 M telah terjadi bencana kelaparan yang meluas di Eropa. Ditambah lagi hukum warisan yang berlaku menetapkan, bahwa hanya anak pertama yang berhak memperoleh warisan. Bila anak tertua ini meninggal dunia, harta warisan menjadi hak gereja. Hal ini menambah buruk keadaan masyarakat dan menambah jumlah orang-orang miskin, namun sebaliknya meningkatkan kekayaan gereja dan kesejahteraan orang-orangnya. Dengan alasan perbaikan ekonomi masing-masing, masyarakat awam Eropa tergerak hatinya mengikuti himbauan untuk berperang.
Ø Faktor Sosial
Strata sosial masyarakat Eropa pada masa itu terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu golongan gereja; kaum bangsawan dan ksatria; serta kelompok rakyat jelata. Meskipun kelompok rakyat jelata adalah bagian terbesar dari jumlah penduduk Eropa saat itu, namun mereka berada dalam kemiskinan dan keterbelakangan sehingga mereka menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhinakan oleh kelompok lainnya, khususnya dari kaum bangsawan dan kesatria. Mereka harus tunduk kepada kemauan kelompok lain dan diperlakukan dengan semena-mena. Kondisi ini membuat mereka sangat mudah dimobilisasi oleh Gereja agar ikut berperang dengan janji kebebasan setelah kemenangan.
Ø Faktor Agama
Pada tahun 962 M Otto I menjadi penguasa Romawi Suci, kemudian berusaha membangkitkan Kekaisaran Romawi Suci di Barat. Hal ini sejalan dengan usaha Gereja mereformasi semangat kejiwaan kristiani Eropa. Reformasi dimulai di biara Ordo Benedektin Cluny di Burgundy dan banyak cabang lainnya. Inti dari reformasi ini adalah para rahib ingin mengkristen masyarakat Eropa dan menjadi Kristen sejati. Paus Urbanus II adalah salah satu pendukung reformasi Cluny tersebut dan orang yang sangat berperan dalam menggerakkan Perang Salib I.
Setiap orang Kristen meyakini, bahwa untuk menjadi “Kristen Sejati” harus menempuh jalan rahib. Karena tidak mungkin dilakukan oleh setiap orang Kristen, maka dicarilah jalan lain untuk menebusnya yaitu dengan mengatur kehidupan seks (hanya boleh dalam waktu tertentu) dan melakukan ziarah pertobatan. Ziarah ini kemudian menimbulkan pemujaan terhadap relik orang-orang suci Kristen. Dalam hal ziarah ini mereka berkeyakinan bahwa tidak tempat yang lebih suci dan lebih patut dikunjungi selain dari Yerusalem, karena ditempat itulah Yesus wafat dan dibangkitkan kembali. Keyakinan seperti ini menyebabkan orang-orang Kristen Eropa melakukan ziarah ke Yerusalem dengan penuh semangat. Kebaktian ini adalah salah bentuk pemujaan hasil reformasi Cluny dan menjadi salah satu penyebab terjadinya Perang Salib.
Bencana kelaparan yang telah menimbulkan ketakutan mendalam bagi masyarakat Eropa dianggap sebagai kutukan atas dosa-dosa yang mereka lakukan. Untuk menolaknya diadakan gerakan pertobatan disamping gerakan perdamaian yang telah ada. Gerakan perdamaian yang tidak dapat memberikan jalan keluar untuk mengatasi kelaparan, akhirnya menimbulkan kesadaran dalam masyarakat bahwa mereka harus mampu mengubah nasib mereka sendiri yaitu dengan berziarah secara beramai-ramai ke makam suci di Yerusalem.
Keinginan untuk ziarah ke Yerusalem bertambah kuat karena ada keyakinan bahwa akan muncul Anti-Kristus yang menakutkan di sana. Bertempur melawan Anti Kristus akan mengantarkan pada “Hari Akhir”  dan penyelamatan yang menentukan. Tuhan akan menjadikan Yerusalem Baru dengan dunia baru yang lebih baik, artinya para peziarah tersebut memaksa Tuhan untuk menyelamatkan mereka dengan merubah nasib sendiri dan hal ini juga menjadi unsur penting dalam menggerakkan masa menuju Perang Salib.
Selanjutnya, kepercayaan “penebusan dosa” adalah faktor cukup penentukan dalam menimbulkan peperangan. Hal Ini menjadi dorongan kuat bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan dan abadi di neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para Tentara Salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia.  
Ø Faktor Politik Kekuasaan
Wilayah kekuasaan negara Saljuk bertambah sampai ke sepanjang pantai mendekati kerajaan Bizantium, menyebabkan kaisar Bizantium merasa terancam kekuasaannya memohon bantuan ke Eropa. Permohon tersebut  mendapat perhatian yang cukup luas dari penguasa Eropa termasuk penguasa agama yaitu Kepausan, tapi tidak beraksi. Ancaman Saljuk semakin nyata bagi kaisar Bizantium setelah ia mendengar, bahwa telah terjadi tekanan oleh Saljuk terhadap kaum Kristen, maka Alexius Comnenus I (penguasa berikutnya)  meminta bantuan kepada Eropa khususnya kepada Paus Urbanus II (Paus berikutnya). Urban memandang permintaan bantuan tersebut sebagai suatu kesempatan memperluas dan memperkokoh kekuasaan kepausan Gereja di Bizantium yang sudah lama tidak menghormati Gereja-Barat. Oleh sebab itu ia menyambut permintaan itu dengan antusias dan membuat seruan Perang Salib I pada sidang Konsili Clermont.
Faktor perebutan kekuasaan ini akan semakin terlihat jelas, ketika bangsawan Eropa yang memimpin peperangan ini berbagi kekuasaan setelah penaklukkan suatu daerah dari tangan musuh mereka, tidak peduli apakah yang ditalukkan itu daerah Islam atau Kristen sendiri.
Ø Faktor Psikologis
Semenjak orang-orang Islam mengembangkan sayap dengan  merebut wilayah-wilayah strategis di bawah kekuasaan orang-orang Eropa yang bergama Kristen telah menanam bibit permusuhan. Kerajaan-kerajaan mereka diambil dan kekuasaan mereka diturunkan. Akibatnya orang-orang Eropa memendam sakit hati dan kebencian kepada umat Islam dan penguasanya. Mereka yang merasa dirugikan, kemudian menghimpun kekuatan, menunggu waktu yang tepat untuk membalas dendam.
Penyerbuan dari luar selama beabad-abad telah memeliterisasi orang-orang Eropa dalam rangka mempertahan diri. Mereka membentuk identitas mereka dalam kekerasan, yang mereka pandang sebagai perbuatan mulia. Berakhirnya penyerangan dari luar dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slav dan Magyar, telah membuat kelas petarung bersenjata menggunakan energinya secara salah, yaitu untuk bertengkar satu sama lain dan menteror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan perdamaian.
Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para kesatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan kekuatannya dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik bagi mereka. Himbauan Perang Salib I dari Urbanus II mereka sambut dengan gembira sebagai penyaluran dari keinginan terpendam.

b.        Faktor umat Islam (Situasi Timur Tengah)

Keberadaan Muslim di Yerusalem harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi penziarahan tempat-tempat suci kaum kristiani di Yerusalem atau keamanan biara-biara dan masyarakat Kristen di tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem – yang berada jauh di Timur - sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar.
Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009 M, kalifah Bani Fatimiah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Suci (Church of The Holy Sepulchre). Penerusnya kemudian memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah lagi. Akan tetapi banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang. Peristiwa ini dalam perkembangan kemudian memainkan peranan penting menuju Perang Salib pada akhir abad itu.
Sejalan dengan itu, pada abad kesepuluh dan kesebelas Masehi kondisi umat Islam sendiri jauh dari persatuan. Perpecahan politik dan perebutan kekuasaan telah menimpa Dinasti Abassyah, bahkan permusuhan antar dinastipun makin meningkat. Kondisi ini menyebabkan melemahnya kekuatan Islam dan sebaliknya membuat bangsa-bangsa Eropa kembali muncul. Umat Kristen Eropa dan Bizantium mulai menyerang dan merebut daerah-daerah tertentu, seperti bangsa Norman di Sisilia, kaum Kristen Spanyol Utara di Toledo dan Bizantium di Suriah.
Konflik internal antara sesama kerajaan-kerajaan Islam dan kekuatan-kekuatan politik yang ada turut mengundang terjadi perang salib. Sering  juga terjadi persekutuan antara satu faksi dengan orang-orang di luar Islam melawan faksi lainnya, bahkan untuk melawan saudaranya sendiri sebagian mereka mengundang Tentara Salib untuk membantunya.

c.      Penyebab Langsung

Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong kekaisaran Byzantium menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayahnya. Meskipun waktu itu pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Orthodox Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar namun hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I (setelah Perang Salib Pertama tidak banyak memperoleh keuntungan). Paus menyerukan bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem. Sambutan Paus ini sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Paus ingin mengembangkan sayap kekuasaannya dari Barat sampai ke Timur. Kemudian menyerukan agar semua gereja Eropa mengirim utusan pada Sidang Konsili Tahunan Gereja.
Pada tanggal 25 November 1095, di Konsili Clermont, Paus Urbanus II menyampaikan pidato yang membakar sentimentil keagamaan dan semangat orang-orang Kristen untuk membenci orang Islam khususnya Turki. Isi pidatonya antara lain : “Orang Turki adalah ras terkutuk, sungguh-sunguh jauh dari Tuhan, orang-orang yang hatinya tidak mendapat petunjuk dan jiwanya tidak diurus oleh Tuhan. Membunuh moster yang tidak bertuhan ini adalah tindakan suci. Kita orang-orang Kristen wajib memusnahkan ras keji ini dari negeri kita”.  
Ia berseru: "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan jadikanlah sebagai milikmu." Ia menjanjikan surga bagi tentara yang mati dalam pembebasan tanah suci. "Deus vult! Deus vult! (Tuhan menghendakinya)," teriak para peserta.
Mungkin, para pejuang tersebut merasa bahwa membunuh seorang musuh non-Kristen adalah kebajikan. Membabat orang-orang kafir (orang-orang Muslim) yang telah merampas tanah suci orang Kristen tampaknya seperti tindakan melayani Tuhan.
Untuk mendorong tentara Perang Salib, Urbanus dan para Paus yang mengikutinya menekankan "keuntungan" spiritual dari perang melawan orang-orang Muslim itu. Urbanus meyakinkan para pejuang itu bahwa dengan melakukan perbuatan ini, mereka akan langsung masuk surga, atau sekurang-kurangnya dapat memperpendek waktu di api penyucian.
Pidato-pidato yang sama isinya kemudian dikobarkan oleh para pengkotbah agama Kristen Eropa. Ketika para pengkotbah utusan Paus melintasi Eropa, merekrut para ksatria untuk pergi ke Palestina, mereka mendapatkan respons antusias dari pejuang-pejuang Perancis dan Italia. Banyak di antaranya tersentak karena tujuan agamawi, tetapi tidak diragukan juga bahwa yang lain berangkat untuk keuntungan ekonomi. Ada juga yang ingin berpetualang merampas kembali tanah peziarahan di Palestina, yang telah jatuh ke tangan Muslim.
Boutros seorang pendeta dari Perancis salah satu yang menonjol diantara pekhotbah lainnya, menyediakan diri berkeliling  negeri untuk menyampaikan pesan Paus dan mengobarkan semangat perang. Dengan gaya bahasa yang memukau, ia telah berhasil menggerakkan masyarakat Kristen dari berbagai golongan : orang-orang gembel, hamba sahaya, penjahat dan narapidana. Di bawah pimpinan Boutros pada tahun 1096 berangkatlah 60.000 tentara, yang kemudian disusul oleh 100.000 orang laki-laki dan segerombolan pendeta serta para peziarah.
Pasukan yang tidak berpengalam ini melakukan kejahatan sepanjang perjalanan sehingga memaksa orang-orang Bizantium dan Hongaria menghentikan kebrutalannya dengan jalan membunuh anggota pasukan tersebut. Sisanya meneruskan perjalanan tapi disambut secara sporadis oleh tentra Saljuk sehingga menewaskan semuanya. Perang yang dikomandoi oleh Boutros telah gagal total, tapi beritanya ikut memicu bangkit masyarakat Eropa dari berbagai kalangan menuju peperangan merebut tanah suci umat Kristen.

C.      PERJALANAN PERANG SALIB PERTAMA

Perjalanan dari Eropa menuju Yerusalem menempuh route darat yang panjang, melewati beberapa daerah kekuasan kaum Muslim dari utara ke selatan. Para tentara Perang Salib yang dipimpin oleh para bangsawan Eropa dan beberapa yang menonjol diantaranya adalah Bahemond, Baldwin, Godfrey dan Raymond. Keikutan sertaan Bahemond, Balwind dan Goldfrey adalah alasan duniawi karena mereka tidak punya pengharapan hidup lebih baik di Eropa. Bagi Bahemond Perang Salib adalah sebuah jalan nyata untuk mendapatkan sebuah kerajaan, sebagimana janji ayahnya yang gagal diwujudkan. Menarik untuk dikemukakan komentar Karen bahwa “adalah mudah untuk mengabaikan kesalehan ala Eropa seperti yang ditunjukkan Bahemond sebagai bentuk sebuah kemunafikan, yang menyembunyikan sebuah ambisi teritorial dengan bahasa agama”. Demikian juga Baldwin, dia membawa serta isteri dan anak-anak dalam peperangan ini, jelas dia ingin mencari penghidupan baru dan tidak ingin kembali ke Eropa. Setali tiga uang dengan Bahemond dan Baldwin, Godfrey pun demikian, walaupun dalam dirinya terdapat kesalehan dalam beragama.  Bagi Goldfrey Perang Salib adalah perpaduan kepentingan teologi dan kebutuhan ekonomi. Hanya Raymond dari orang-orang tersebut yang berperang murni karena agama.
Dari kenyataan di atas dengan jelas menggambarkan bahwa Perang Salib lebih banyak bermotifkan kekuasaan dan ekonomi dari motif agama bahkan Paus sendiri kelihatan bermotif agama tapi tetap saja kekuasaan dan materi (karena orang-orang gereja termasuk orang sejahtera ketika itu)
Dalam perjalanannya menuju tanah suci, mereka terlebih dahulu berkumpul di kota Konstatinopel dan bergerak melalui Anatolia menuju Suriah. Para Tentara Salib sangat takjub melihat istana-istana, gereja-gereja dan taman-taman yang di kota Konstatinopel, karena di Eropa tidak mempunyai gedung-gedung yang sebagus itu. Para Tentara Turki mencoba menghadang laju Tentara Salib, namun dalam pertempuran Dorylaeum di pinggiran daratan Anatolia kaum Frank dapat menaklukkan Sultan Saljuk, Qilij Aslan I pada bulan Juli tahun 1097.
Kemudian pasukan Perang Salib melanjutkan perjalanannya ke Antiokhia, tapi sekelompok Tentara Salib memisahkan diri di bawah pimpinan Baldwin menyeberang ke kota Edessa yang dikuasai Kristen Armenia dan berpenduduk sedikit muslim. Kota ini berhasil ditaklukan pada 10 Maret 1098 yang diikuti dengan mendirikan negara Tentara Salib I di wilayah tersebut dengan Baldawi sebagai rajanya.
Bersamaan dengan itu, sebagian besar pasukan Salib menuju sasaran  berikutnya, yaitu kota Antiokhia. Setelah pengepungan selama sembilan bulan (Oktober 1097-Juni 1098 M), kota yang berada dibawah pimpinan gubernur Yaghisiyan ini jatuh ke tangan Tentara Salib pada Juni 1098 M dan didirikanlah Kerajaan Latin II di Timur dengan Bahemond sebagai rajanya.
Selama pengepungan bukan berarti tidak ada perlawanan dari kelompok Islam, namun tidak cukup kuat untuk mempertahankan kota Antiokhia.  Bahkan ketika Yaghisiyan meninggal perlawanan masih terus berlanjut. Kejatuhan Antiokhia dipercepat oleh pengkianatan kelompok pasukan baju baja (bagian dari tentara kerajaan) yang menaruh dendam terhadap Yaghisiyan. Mereka melakukan itu dengan jalan merebut benteng salah satu kota, kemudian menjualnya kepada kaum Frank, dan membawa Tentara Salib masuk kota pada malam hari. Ditambah lagi pemimpin pasukan Islam dalam perlawanan tersebut tidak cukup ahli untuk memimpin pasukan perangnya, sehingga menimbulkan perpecahan di antara sesama mereka.
Kota selanjut yang ditaklukkan oleh pasukan kaum Frank adalah Ma’arrarat al-Nu’man, Suriah pada bulan Desember 1098 M. Di kota ini pasukan kaum Frank menawarkan agar penduduknya menyerahkan kota secara damai dengan jaminan keselamatan dan keamanan harta benda mereka. Namun orang-orang Islam tidak mencapai kata sepakat di antara sesama mereka soal-soal syarat-syarat tersebut (ada perpecahan dalam tubuh kaum muslim). Akhir pasukan kaum Frank merebut kota dengan kekerasan, membunuh dan menyiksa penduduk dan merampas harta benda yang mereka temui  serta merusak Masjid-masjid dan bangunan lainnya.
Kota Yerusalem menjadi sasaran Tentara Salib berikutnya sekaligus merupakan tujuan utama perjalanan tersebut dilakukan. Ketika mereka tiba di Yerusalem tanggal 7 Juni 1099 M, mereka tercengang melihat kekuatan dan keagungan bangunan-bangunannya karena melebihi apa yang ada di dunia Kristen Barat di samping mereka merasakan kekuatan magisnya. Kemudian mereka membuat dua menara pengepungan tempat mereka bisa menyerang benteng-benteng kota sambil mempelajari dan meminta nasehat dari seorang pertapa setempat cara menyerang kota. Diawali dengan ritus-ritus tertentu, berjalan dengan telanjang kaki dan mendengar khotbah-khotbah di Gereja sesuai dengan petunjuk pertapa tersebut, para Tentara Salib bergerak menuju tempat yang telah ditentukan. Akhirnya secara tiba-tiba mereka bergerak menyerang benteng  kota dengan keyakinan dan semangat yang tinggi bahwa mereka akan menaklukkan kota. Namun mereka menemui kegagalan dan kembali ke kemah di luar kota diiringi cemoohan dan sorak kaum muslimin. Tentara Salib bersumpah akan melakukan pembalasan atas semua itu.
Pada tanggal 15 Juli 1099 M kaum Frank  memaksa masuk kota  dengan kekuatan penuh dan menaklukkannya. Selama dua hari kaum Frank menyerang penduduk kota ini dan mempertontonkan kekejamannya. Banyak penduduk kota Yerusalem yang tewas dibunuh dan banyak yang melarikan diri ke tempat peribadatan. Kaum Yahudi berkumpul di sinagog dan kaum Frank membakarnya. Orang-orang muslim yang bersembunyi di Masjidil Aksa dibantai, baik orang tua maupun yang sakit.
Banjir darah mengikuti kemenangan mereka di Kota Suci itu. Bagi mereka yang selamat melarikan diri ke Damaskus. Taktik para Tentara Perang Salib ialah "tidak membawa tawanan" termasuk menjadi penyebab dilakukannya pembantaian tersebut. Seorang pengamat yang merestui tindakan tersebut menulis bahwa para prajurit "menunggang kuda mereka dalam darah yang tingginya mencapai lutut kuda".  Di Yerusalem didirikan kerajaan Latin III, dan mengangkat Godfrey sebagai penguasanya. Setelah itu mereka berubah sikap, dari penyerangan ke pertahanan. Mereka mulai membangun benteng-benteng baru, yang hingga kini, sebagian darinya masih terlihat.

D.      DAMPAK PERANG SALIB PERTAMA

Perang Salib Pertama berjalan dalam waktu yang relatif singkat, maka dampak ditimbulkan baru sebatas yang kelihatan sebagai akibat langsung dari peperangan itu, seperti kehancuran, kematian dan ketakutan bagi yang kalah (kaum Musli) dan eforia kemenangan bagi kaum Frank. Walaupun begitu dari perang ini dapat dicatat beberapa hal sebagai berikut;

1.        Kerugian dan Respon Umat Islam

Mudahnya Tentara Salib menalukkan wilayah-wilayah Islam mulai dari Sisilia- Suriah-Lebanon adalah suatu yang wajar, mengingat kondisi umat Islam  ketika itu sudah lupa diri.  Umat Islam tidak lagi melaksanakan ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh, mereka saling berperang, menciptakan kebencian dan permusuhan antara sesama  serta mendorong musuh-musuh masuk kewilayah-wilayah mereka ditambah lagi dengan keengganan berjihad karena sudah menyenangi kehidupan duniawi.
Respon umat Islam secara umum terhadap Perang Salib awal ini biasa-biasa saja, bahkan apatis, kompromi dan sibuk dengan persoalan-persoalan sendiri. Sebagaimana telah dikemukakan di awal bahwa dalam tubuh kerajaan-kerajaan Islam sedang terjadi perebutan kekuasaan. Demikian pula dengan dinasti-dinasti  yang sedang berkuasa, di antara mereka terjadi pula perselisihan dan peperangan, sehingga kalaupun ada serangan dari non muslim, hal itu dianggap biasa dan bukan perang agama.  
Tentu tidak demikian halnya dengan orang-orang yang daerahnya terkena langsung oleh serangan Tentara Salib, mereka mengalami keterkejutan, ketakutan dan kebingungan yang luar biasa. Untuk semetara waktu orang-orang Islam akan mengalami trauma. Kondisi ini terjadi karena mereka tidak siap menghadapi serangan sedahsyat dan sebrutal tersebut.
Karena Perang Salib Pertama dilakukan di wilayah Islam, maka kerugian yang besar berada pada pihak Islam. Rumah-rumah dan bangunan umat Islam diruntuhkan dan dibakar menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal. Harta benda mereka dirampas akan menyebabkan kemiskinan baru. Dikuasainya beberapa jalur perdagangan stategis yang selama ini menjadi sumber pendapat bagi umat Islam, sekarang berpindah tangan ke kaum Frank yang tentu saja sangat berpengaruh kepada keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Tentu yang paling buruk akibatnya adalah ketika adanya pembersihan golongan seperti yang di lakukan Tentara Salib di Yerusalem, tidak hanya menimbulkan kedukaan yang mendalam, tapi dapat pula menimbulkan trauma atau dendam tinggi.
Kaum muslim yang luput dari pembantaian kemudian melarikan diri dari Palestina ke negeri-negeri Arab sekitarnya. Selang beberapa hari kota Damaskus mulai dibanjiri oleh para pengunsi dari Palestina sambil membawa mushaf Alquran Utsmani. Penyelamatan ini dilakukan agar tidak terjadi penghinaan oleh kaum Frank terhadap Alquran. Ketika rombongan pertama sampai di Damaskus, mereka disambut oleh Qhadhi Abu Sa’ad Al-Hawari dan membawa mereka ke masjid Agung milik khalifah di Baghdad. Para pengungsi menceritakan keadaan mereka sambil menangis kepada para jamaah masjid. Mendengar kisah itu para jamaah ikut menangis, tetapi tidak ada langkah praktis yang dilakukan untuk menolong mereka.
Sesungguh kalau umat Islam sadar dan tidak saling bermusuhan, maka mereka dengan mudah dapat mengalahkan kaum Frank yang tidak semuanya terlatih untuk berperang, tidak lagi dalam keadaan bugar karena telah melakukan perjalanan jauh, perbekalan yang kurang memadai karena keterbatasan daya angkut dalam jumlah besar untuk  keperluan personil pasukan yang banyak, waktu yang lama dan perjalanan nan jauh, demikian pula dengan bala bantuan yang akan mendukung sangat jauh jaraknya. Namun umat Islam tidak melihat celah itu untuk dimanfaat melakukan serangan balik, lagi-lagi karena satu sama lain  saling curiga dan kalaupun ada yang mengingatkan tidak akan dihiraukan.
Kemudian secara perlahan tetapi pasti mulai timbul perlawanan di beberapa daerah Islam terhadap Tentara Salib. Semangat jihad secara berangsur mulai bangkit di tubuh kaum muslim seiring dengan munculnya beberapa panglima pasukan yang sekaligus menjadi pimpinan daerah tertentu maju ke medan peperangan untuk merebut kembali daerah-daerah yang telah direbut oleh kaum Frank.
Pidato Urbanus II menjelang Perang Salib Pertama yang mengatakan bahwa “Orang Turki adalah ras terkutuk, ……; Membunuh moster yang tidak bertuhan ini adalah tindakan suci;  Kita orang-orang Kristen wajib memusnahkan ras keji ini dari negeri kita”;  "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan jadikanlah sebagai milikmu" dan lain-lain yang mendatang kebencian tidak pernah direvisi, dikoreksi atau dianulir oleh pihak Gereja, bahkan jauh setelah perang usai kebencian itu tetap lestarikan.  Kebencian-kebencian tersebut disebarkan ke seluruh gereja-gereja di dunia sampai abad ke dua puluh, sehingga pandangan orang-orang Kristen terhadap Islam selalu negatif dan buruk.
Dengan dalih untuk mengobarkan semangat orang-orang Kristen Eropa agar ikut dalam Perang Salib, pihak Gereja secara membabi buta menjelek-jelekkan dan menghina Islam, Nabi Muhammad dan Alquran, sehingga kebenaran dan kebaikkan Islam tertutup bagi masyarakat dunia Barat. Penodaan tersebut terus berlanjut sampai era globlisasi ini serta didukung oleh berbagai kalangan termasuk para ilmuwan. Seorang ilmuwan semestinya bersikap objektif dan tidak bias dalam mengunggapkan fakta dan data, namun tidak demikian hal pada sebagian para ahli Islam Barat. Mereka turut menyebarkan “secara ilmiah” data-data yang dari sumber yang tidak benar atau data yang benar tapi dengan kaca mata yang salah. Hal ini sangat merugikan umat Islam.

2.        Keuntungan Bagi Eropa/Umat Kristen

Perang Salib Pertama sejak awal digelorakan telah mengantar pengaruh kekuasaan Kepausan Gereja terhadap kerajaan-kerajan di Eropa semakin besar. Kepausan Gereja mempunyai kekuasaan untuk mengumumkan perang dan menyerukan ke seluruh negeri di Eropa tanpa dibatasi oleh kekuasaan kerajaan-kerajaan, sehingga mampu mempersatukan penduduk Eropa atas nama agama. Kemenangan dalam Perang Salib Pertama, makin memperluas kekuasaannya ke wilayah  Timur.
Perjalanan Perang Salib Pertama membuka mata orang-orang Eropa Barat bahwa kebudayaan Islam jauh lebih tinggi dari mereka. Walaupun Eropa bagian lain telah bersinggungan dengan budaya Islam  sejak lama, namun hanya untuk orang-orang tertentu. Bangsa Eropa sebelum Perang Salib berada alam Abad Kegelapan, tapi semuanya mulai berubah semenjak perjalanan awal mereka menuju “Kota Suci” dalam rangka memenuhi seruan Urbanus II. Perang Salib Pertama telah menjadi sebuah aksi kerjasama dan penuh kesadaran yang pertama dari Eropa yang baru bangkit, merangkak dari masa suram dan ketidakberdayaan menuju masa lebih baik. Di yakini, bahwa pasti ada orang-orang dari kaum Frank yang berpikir cerdas dan mempunyai pandangan jauh ke masa depan sehingga ingin merubah nasib Eropa seperti kaum muslim. Hal ini dapat menjadi sebagian bibit kemajuan berikutnya.
Kebutuhan untuk menyediakan memuat, dan mengirimkan akomodasi   balatentara Perang Salib yang besar jumlahnya telah menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Kemenangan Perang Salib Pertama yang diperoleh oleh kaum Frank membuka peluang bagi para pedagang Eropa untuk berkembang lebih luas lagi dan membuka jalan bagi untuk menguasai lalu lintas perdagangan antara Timur dan Barat.
E.       KESIMPULAN
Dari perjalanan Perang Salib Pertama sebagaimana telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bebrapa hal sebagai berikut :
1.      Perang Salib Pertama dipicu bukan oleh kepentingan agama melain oleh kepentingan kekuasaan baik bagi Bizantium maupun bagi Kepausan yang oleh Paus Urbanus II dibungkus menjadi perang agama antara Islam dan Kristen.
2.      Sebagian besar pemimpin Perang Salib Pertama berangkat ke medan perang bukan bermotiv agama melainkan untuk memperbaiki keadaan penghidupan melalui  kekuasan yang diperoleh.
3.      Masyarakat awam yang ikut Perang Salib Pertama terdiri dari berbagai kelompok sosial seperti para penjahat, para nara pidana, orang-orang miskin dan masyarakat biasa tentu mempunyai motiv yang berlainan.
4.      Perang Salib Pertama memberi pencerahan baru bagi Eropa, sehingga mempercepat mereka keluar “era kegelapan”.
5.      Perang Salib Pertama dimenangi secara sukses oleh kaum Fank (umat Kristen).
6.      Perang Salib Pertama melibatkan banyak negara, menghabiskan banyak harta benda, meruntuhkan dan menghancurkan karya-karya peradaban sebelumnya, menghilangkan banyak nyawa tak berdosa dan  menjatuhkan kekuasaan  kaum Muslim.
7.      Tidak sepadan keuntungan yang diperoleh dengan kehancuran/kerugian yang ditimbulkan.


Daftar Pustaka

Armstrong, Karen, Perang Suci : dari Perang Salib hingga Perang Teluk, Jakarta : Serambi Ilmu Semeta, 2003.
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahan.
Edyar,  Busman dkk., Sejarah Peradapan Islam, Jakarta : Pustaka Asatrus, 2009.
Hillenbrand, Carole, Perang Salib : Sudut Pandang Islam, Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2007
Matius, Injil : Perjanjian Baru, Jakarta : Lembaga Alkitab, 2009
Qardhawi, Yusuf Al, Islam Ramah Lingkungan, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2002
Tim Penysun Depag RI, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta : Depak RI, 1987
Wakil, Muhammad Sayyid Al-, Wajah Dunia Islam, Jakarta : Pustaka Al-Kausar, 1998.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajwali Pers, 1999.
Wiki Pedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas : Perang Salib, http://id.wikipedia. org/ wiki/Perang_Salib
____________ Ensiklopedia Bebas Perang Salib Kedua, http://id.wikipedia.org/wiki/ Perang_Salib_Kedua







Tidak ada komentar:

Posting Komentar